Laporan KASUS
asuhan keperawatan klien
dengan
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
di RUANG BEDAH F Rumah Sakit
Umum Daerah
PROGRAM PROFESI S1
KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002
TINJAUAN PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
ANATOMI DAN FISIOLOGI
§
Sistem muskuloskeletal meliputi
tulang, sendi, otot dan jaringan konektif yang berhubungan (kartilago, tendon
dan ligamen).
SISTEM RANGKA
§
Dipelihara oleh “Sistem
Haversian” yaitu sistem yang berupa rongga yang di tengahnya terdapat pembuluh
darah.
§
Terjadi proses pembentukan
jaringan tulang baru dan reabsorpsi jaringan tulang yang telah rusak.
FUNGSI TULANG
1.
Menyokong memberikan bentuk
2.
Melindungi organ vital.
3.
Membantu pergerakan.
4.
Memproduksi sel darah merah
pada sumsum.
5.
Penyimpanan garam mineral.
PEMBAGIAN TULANG
1.
Tulang axial ( tulang pada
kepala dan badan)
Seperti : tl.
tengkorak, tl. vertebrae, tl. rusuk dan sternum.
2.
Tulang appendicular (tulang
tangan dan kaki)
Seperti :
extremitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan),
extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak kaki)
HISTOLOGI TULANG
§
Ada 2 tipe tulang : a. Kompaktum → kuat, tebal, padat.
b. Kankellous → lebih kopong, renggang
§
Di antara lapisan tersebut
terdapat ruang kecil → “lacuna”
§
Cairan yang mengisi “Osteocyte”
§
Osteocyte adalah sel pembentuk
tulang.
§
Osteoblast (sel pembentuk) dan
osteoclast (reabsorbsi tulang).
§
Suplai darah pada tulang
didapat dari arteriole sepanjang kanal Haversin.
§
Tulang juga dipersyarafi oleh
syaraf-syaraf.
KLASIFIKASI TULANG BERDASARKAN BENTUKNYA
1.
Tulang panjang (tl. humerus,
radius), mengandung epifisis, kartilago artikular, diafisis, periosteum dan
rongga medular.
Epifisis : Terletak di pangkal tulang panjang. Pada bagian ini otot
berhubungan dengan tulang dan membuat sendi menjadi stabil.
Kartilage artikular : Membungkus
pangkal tulang panjang dan membuat permukaan tulang panjang menjadi halus.
Diafisis : Bagian tulang panjang yang utama memberikan
struktural pada tubuh.
Metafisis : Bagian tulang yang mengembang di antara
epifisis dan diafisis.
Periosteum : Jaringan konektif fibrosa yang membungkus
tulang.
R. medular : Terletak di tengah-tengah diafisis.
2.
Tulang pendek seperti karpal,
tarsal
3.
Tulang pipih, melindungi organ
tubuh dan sebagai tempat melekatnya otot.
4.
Tulang sesamoid, bentuknya
kecil, melingkar, berhubungan dengan sendi dan melindungi tendon, seperti
patela.
SISTEM ARTIKULAR
§
Artikulasi/persendian :
hubungan antara dua tulang atau lebih.
§
Namun tidak semua persendian
dapat melakukan pergerakan :
1)
Synarthrosis :
- Sendi yang tidak dapat melakukan pergerakan
sama sekali
2)
Amphiarthrosis :
- Sendi dengan pergerakan sedikit/terbatas,
seperti tl. simphisis pubis
3)
Diarthrosis ( Sendi Sinovial )
-
Sendi dapat bergerak bebas.
-
Sendi ini mengandung :
a.
Rongga artikular (ruang dengan
membran sinovial, memproduksi cairan sinovial untuk melicinkan sendi)
b.
Ligamen
c.
Kartilago
-
Sendi ini dapat melakukan
gerakan :
a.
Protraksi (gerakan bagian tubuh
ke arah depan/maju seperti pergerakan mandibula)
b.
Fleksi/ekstensi dll.
SISTEM MUSKULAR
§
40-50 % BB manusia.
§
Pergerakan terjadi karena
adanya kontraksi.
§
Tipe-tipe otot :
1)
Otot jantung
2)
Otot polos
3)
Otot lurik atau rangka.
KARTILAGE
§
Kartilage adalah jaringan
konektif yang tebal yang dapat menahan tekanan.
§
Kartilage umum terdapat pada
tulang embrio
§
Umumnya kartilage ini berubah
secara bertahap menjadi tulang dengan proses ossifikasi tetapi beberapa
kartilage tidak berubah setelah dewasa..
LIGAMEN DAN TENDON
§
Ligamen dan tendon tersusun
dari jaringan konektif fibrosa yang tebal, mengandung serabut kolagen dalam
jumlah yang sangat besar. Tendon menghubungkan otot ke tulang.
§
Tendon merupakan perpanjangan
dari pembungkus otot yang berhubungan langsung dengan periosteum.
§
Ligamen menghubungkan tulang
dan sendi dan memberikan kestabilan pada saat
pergerakan.
FRAKTUR
DEFINISI :
§ Hilangnya kesinambungan substansi tulang dengan atau tanpa
pergeseran fragmen-fragmen fraktur.
§ Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang.
SEBAB :
a.
Trauma :
·
Langsung (kecelakaan
lalulintas)
·
Tidak langsung (jatuh dari
ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang
)
b.
Patologis : Metastase
dari tulang
c.
Degenerasi
d.
Spontan : Terjadi tarikan otot
yang sangat kuat.
JENIS FRAKTUR
a.
Menurut jumlah garis fraktur :
·
Simple fraktur (terdapat satu
garis fraktur)
·
Multiple fraktur (terdapat
lebih dari satu garis fraktur)
·
Comminutive fraktur (banyak garis
fraktur/fragmen kecil yang lepas)
b.
Menurut luas garis fraktur :
·
Fraktur inkomplit (tulang tidak
terpotong secara langsung)
·
Fraktur komplit (tulang
terpotong secara total)
·
Hair line fraktur (garis
fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang)
c.
Menurut bentuk fragmen :
·
Fraktur transversal (bentuk
fragmen melintang)
·
Fraktur obligue (bentuk fragmen
miring)
·
Fraktur spiral (bentuk fragmen
melingkar)
d.
Menurut hubungan antara fragmen
dengan dunia luar :
·
Fraktur terbuka (fragmen tulang
menembus kulit), terbagi 3 :
I.
Pecahan tulang menembus kulit,
kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka <1 cm.
II.
Kerusakan jaringan sedang,
resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
III.
Luka besar sampai ± 8 cm,
kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.
·
Fraktur tertutup (fragmen
tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)
TANDA KLASIK FRAKTUR
- Nyeri
- Deformitas
- Krepitasi
- Bengkak
- Peningkatan temperatur lokal
- Pergerakan abnormal
- Ecchymosis
- Kehilangan fungsi
- Kemungkinan lain.
PATOFISIOLOGI
Fraktur
↓
Periosteum,
pembuluh darah di kortek
dan
jaringan sekitarnya rusak
↓
·
Perdarahan
·
Kerusakan jaringan di ujung
tulang
↓
Terbentuk
hematom di canal medula
↓
Jaringan
mengalami nekrosis
↓
Nekrosis
merangsang terjadinya peradangan, ditandai :
1.
Vasodilatasi
2.
Pengeluaran plasma
3.
Infiltrasi sel darah putih
TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
1.
Haematom :
§
Dalam 24 jam mulai pembekuan
darah dan haematom
§
Setelah 24 jam suplay darah ke
ujung fraktur meningkat
§
Haematom ini mengelilingi
fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang
menjadi granulasi.
2.
Proliferasi sel :
§
Sel-sel dari lapisan dalam
periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur
§
Sel ini menjadi prekusor dari
osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi
tulang.
§
Beberapa hari di periosteum
meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung fraktur.
3.
Pembentukan callus :
§
Dalam 6-10 hari setelah
fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.
§
Terbentuk kartilago dan matrik
tulang berasal dari pembentukan callus.
§
Callus menganyam massa tulang
dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi normal.
§
Hal ini melindungi fragmen
tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu terus meluas melebihi
garis fraktur.
4.
Ossification
§
Callus yang menetap menjadi
tulang kaku karena adanya penumpukan garam kalsium dan bersatu di ujung tulang.
§
Proses ossifikasi dimulai dari
callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir pada bagian tengah
§
Proses ini terjadi selama 3-10
minggu.
5.
Consolidasi dan Remodelling
§
Terbentuk tulang yang berasal
dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast.
KOMPLIKASI
1.
Umum :
§
Shock
§
Kerusakan organ
§
Kerusakan saraf
§
Emboli lemak
2.
D i n i :
§
Cedera arteri
§
Cedera kulit dan jaringan
§
Cedera partement syndrom.
3.
Lanjut :
§
Stffnes (kaku sendi)
§
Degenerasi sendi
§
Penyembuhan tulang terganggu :
o
Mal union
o
Non union
o
Delayed union
o
Cross union
TATA LAKSANA
1.
Reduksi untuk memperbaiki
kesegarisan tulang (menarik).
2.
Immobilisasi untuk
mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :
§
Eksternal → gips, traksi
§
Internal → nail dan
plate
3.
Rehabilitasi, mengembalikan ke
fungsi semula.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Riwayat perjalanan penyakit.
2.
Riwayat pengobatan sebelumnya.
3.
Pertolongan pertama yang
dilakukan
4.
Pemeriksaan fisik :
§
Identifikasi fraktur
§
Inspeksi
§
Palpasi (bengkak, krepitasi,
nadi, dingin)
§
Observasi spasme otot.
5.
Pemeriksaan diagnostik :
§
Laboratorium (HCt, Hb,
Leukosit, LED)
§
RÖ
§
CT-Scan
6.
Obat-obatan : golongan
antibiotika gram (+) dan gram (-)
§
Penyakit yang dapat memperberat
dan mempermudah terjadinya fraktur :
a.
Osteomyelitis acut
b.
Osteomyelitis kronik
c.
Osteomalacia
d.
Osteoporosis
e.
Gout
f.
Rhematoid arthritis
PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
DATA SUBYEKTIF
§
Data biografi
§
Adanya nyeri, kekakuan, kram,
sakit pinggang, kemerahan, pembengkakan, deformitas, ROM, gangguan sensasi.
§
Cara PQRST :
o Provikatif (penyebab)
o Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)
o Region/radiation (dimana dan apakah menyebar)
o Severity (apakah mengganggu aktivitas sehari-hari)
o Timing (kapan mulainya)
§
Pengkajian pada sistem lain
o Riwayat sistem muskuloskeletal, tanyakan juga tentang riwayat
kesehatan masa lalu.
o Riwayat dirawat di RS
o Riwayat keluarga, diet.
o Aktivitas sehari-hari, jenis pekerjaan, jenis alas kaki yang
digunakan
o Permasalahan dapat saja baru diketahui setelah klien ganti baju, membuka
kran dll.
DATA OBYEKTIF
§
Inspeksi dan palpasi ROM dan
kekuatan otot
§
Bandingakan dengan sisi
lainnya.
§
Pengukuran kekuatan otot (0-5)
§
Duduk, berdiri dan berjalan
kecuali ada kontra indikasi.
§
Kyposis, scoliosis, lordosis.
PROSEDUR DIAGNOSTIK
- X-ray dan radiography
- Arthrogram (mendiagnosa trauma pada kapsul di persendian atau
ligamen). Anestesi lokal sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah
yang akan diperiksa.
- Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami destruksi
atau mengevaluasi bone graf).
- Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang, sering
dilakukan pada anak-anak sebelum operasi epifisis).
- Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui vena,
sering dilakukan pada tumor ganas, osteomyelitis dan fraktur).
- MRI
- Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)
- Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)
MASALAH-MASALAH YANG UMUM TERJADI
- Gangguan dalam melakukan ambulasi.
·
Berdampak luas pada aspek
psikososial klien.
·
Klien membutuhkan imobilisasi →
menyebabkan spasme otot dan kekakuan sendi
·
Perlu dilakukan ROM untuk
menguragi komplikasi :
- Kaki (fleksi, inverse,
eversi, rotasi)
- Pinggul (abduksi, adduksi,
fleksi, ekstensi, rotasi)
- Lutut (ekstensi)
- Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)
- Nyeri; tindakan keperawatan :
·
Merubah posisi pasien
·
Kompres hangat, dingin
·
Pemijatan
·
Menguragi penekanan dan support
social
·
Apabila nyeri di sendi, perlu
dikaji :
-
Kejadian sebelum terjadinya
nyeri
-
Derajat nyeri pada saat nyeri
pertama timbul
-
Penyebaran nyeri
-
Lamanya nyeri
-
Intensitas nyeri, apakah
menyertai pergerakan
-
Sumber nyeri
-
Hal-hal yang dapat mengurangi
nyeri.
- Spasme otot
·
Spasme otot (kram/kontraksi
otot involunter)
·
Spasme otot dapat disebabkan
iskemi jaringan dan hipoksia.
·
Tindakan keperawatan :
a.
Rubah posisi
b.
Letakkan guling kecil di bawah
pergelangan kaki dan lutut
c.
Berikan ruangan yang cukup
hangat
d.
Hindari pemberian obat sedasi
berat → dapat menurunkan aktivitas pergerakan selama tidur
e.
Beri latihan aktif dan pasif
sesuai program
INTERVENSI
1.
Istirahat
·
Istirahat adalah intervensi
utama
·
Membantu proses penyembuhan dan
meminimalkan inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
·
Pemasangan bidai/gips.
2.
Kompres hangat
·
Rendam air hangat/kantung karet
hangat
·
Diikuti dengan latihan
pergerakan/pemijatan
·
Dampak fisiologis dari kompres
hangat adalah :
o Perlunakan jaringan fibrosa
o Membuat relaks otot dan tubuh
o Menurunkan atau menghilangkan nyeri
o Meningkatkan suplai darah/melancarkan aliran darah.
3.
Kompres dingin
·
Metoda tidak langsung seperti
cold pack
·
Dampak fisiologis adalah vasokonstriksi
dan penerunan metabolic
·
Membantu mengontrol perdarahan
dan pembengkakan karena trauma
·
Nyeri dapat berkurang, dapat
menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot
·
Harus hati-hati, dapat
menyebabkan jaringan kulit nekrosis
·
Tidak sampai > 30 menit.
TRAKSI
PRINSIP PEMASANGAN TRAKSI
1.
Tali utama dipasang di pin
rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.
2.
Berat ekstremitas dengan alat
penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan.
3.
Pada tulang-tulang yang
menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.
4.
Traksi dapat bergerak bebas
melalui katrol.
5.
Pemberat harus cukup tinggi di
atas permukaan lantai.
6.
Traksi yang dipasang harus baik
dan terasa nyaman.
KEUNTUNGAN PEMAKAIAN TRAKSI
1.
Menurunkan nyeri spasme
2.
Mengoreksi dan mencegah
deformitas
3.
Mengimobilisasi sendi yang
sakit
KERUGIAN PEMAKAIAN TRAKSI
1.
Perawatan RS lebih lama
2.
Mobilisasi terbatas
3.
Penggunaan alat-alat lebih
banyak.
BEBAN TRAKSI
1.
Dewasa = 5 -
7 Kg
2.
Anak = 1/13 x BB
MACAM-MACAM PEMAKAIAN TRAKSI
1.
Traksi kulit/skin traksi
·
Penarikan tulang yang patah
melalui kulit dengan menggunakan skin traksi, plester
·
Ex. : traksi Buck, traksi Bryant.
2.
Traksi tulang/traksi skeletal
·
Penarikan tulang yang mengalami
fraktur melalui tulang
·
Ex. : traksi Russel
JENIS TRAKSI
1.
Traksi kulit Buck’s
·
Traksi yang paling sederhana
dan dipasang untuk jangka waktu yang pendek.
·
Indikasi :
o
Untuk mengistirahatkan sendi
lutut pasca trauma sebelum dioperasi
o
Digunakan pada anak.
·
Komplikasi :
o
Perban elastis dapat mengganggu
sirkulasi
o
Timbul alergi kulit
o
Dapat timbul ulserasi akibat
tekanan pada maleolus
o
Pada lansia, traksi yang
berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh.
2.
Traksi Russell’s
·
Modifikasi dari traksi Buck’s
·
Digunakan untuk fraktur lutut
·
Digunakan pada orang dewasa
·
Komplikasi :
o
Perlu bedrest → decubitus, pneumoni
o
Penderita bergerak, beban turun
→ traksi tidak adekuat
o
Infeksi
3.
Cervical traksi
·
Digunakan pada fraktur
cervical, maxillaries, clavicula
·
Beban 4-6 pounds
·
Komplikasi :
o
Dapat terjadi gangguan
integritas kulit
o
Alergi
o
Klien tidak nyaman dan
melelahkan
4.
Pelvic traksi
·
Digunakan pada dislokasi dan
fraktur pelvis, fraktur tulang belakang
DETEKSI DINI KOMPLIKASI
·
Yang mungkin terjadi pada
fraktur
1.
Emboli paru, gejala :
o
Nyeri dada
o
Dispnea
o
Nadi cepat dan lemah
2.
Emboli lemak → ss. Tulang dan
kerusakan jaringan
↓
system pernapasan
↓
- perubahan status mental
- tacycardi
3.
Ganggren → infeksi anaerob →
bakteri Clostridium welchii
Gejala : gg. mental, demam, TD↓, RR ↑
G I P S
INDIKASI
1.
Immobilisasi dan penyangga
fraktur
2.
Stabilisasi dan istirahatkan
3.
Koreksi deformitas
4.
Mengurangi aktivitas pada pada
daerah yang terinfeksi
5.
Membuat cetakan tubuh orthotik
·
Gips yang ideal adalah dapat
membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
·
Penggunaan gips sesudah operasi
lebih memungkinkan klien untuk mobilisasi dari pada pasien ditraksi.
YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMASANGAN
GIPS
1.
Gips yang pas tidak akan
menyebabkan perlukaan
2.
Gips patah tidak bisa digunakan
3.
Gips yang terlalu kecil atau
terlalu longgar sangat membahayakan klien.
4.
Sebelum pemasangan perlu
dicatat apabila ada luka
5.
Untuk mencegah masalah pada
gips :
·
Jangan merusak atau menekan
gips
·
Jangan pernah memasukkan benda
asing ke dalam gips/menggaruk.
·
Jangan meletakkan gips lebih
rendah dari tubuh terlalu lama.
WINDOWS
Dilakukan untuk :
1.
Memeriksa luka
2.
Membuka jahitan
3.
Memeriksa adanya penekanan
4.
Membuang/mengangkat benda asing
5.
mengurangi penekanan.
PEMBUKAAN
1.
Dibuat garis terlebih dahulu
2.
Mata gergaji hanya memotong
benda yang keras
3.
Pemotongan dihentikan bila
pasien merasa kepanasan
4.
Selama pemotongan, mata gergaji
ditekan dengan lembut
5.
Pada saat memotong, anggota
ekstremitas harus disangga.
6.
Cuci dan keringkan, beri
pelembab
7.
Ajarkan aktivitas bertahap.
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan &
Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume II (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Long, Barbara C.
(1996). Perawatan
Medikal Bedah.
Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Bandung.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II. FKUI. Jakarta.
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
Waktu :
8 April 2002
Tempat :
Ruang Bedah F Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
1.
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Tn.
Suparno
Umur : 25
Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SR
Alamat : Kertajaya 2 A/3 Surabaya.
Tanggal MRS : 4 April 2002 jam
10.30 WIB.
Cara Masuk : Lewat Instalasi
Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis : Gangguan Otak Ringan +
Clost Fraktur Collum Femur Sinistra + Hematome Frontal dan temporal kanan.
Alasan Dirawat : Untuk observasi dan
akan dilakukan operasi.
Keluhan Utama : Patah tulang pada
pangkal paha sebelah kiri
Upaya yang telah
dilakukan : Setelah kejadian tanggal 4
April 2002 jam 10.00 WIB. Klien dibawa ke IRD Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soetomo Surabaya
Terapi/operasi yang
pernah dilakukan : Dipasang skin traksi
2.
RIWAYAT KEPERAWATAN
(NURSING HISTORY)
1)
Riwayat Penyakit
Sekarang
Kepala klien
dipukul dengan benda tumpul. Luka robek pada pelipis kiri. Nyeri pada kepala
sebelah kiri dan panggul kiri, Pingsan + 10 menit.
2)
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak
pernah menderita penyakit yang kronis.
3)
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Klien mengatakan
bahwa tidak ada keluarganya yang mengalami penderitaan seperti yang dideritanya
sekarang ini.
4)
Keadaan Kesehatan
Lingkungan
Klien mengatakan
bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersihdan nyama.
5)
Riwayat Kesehatan
Lainnya
Alat bantu yang
dipakai ® (-).
3.
OBSERVASI DAN
PEMERIKSAAN FISIK
1)
Keadaan Umum baik
2)
Tanda-tanda vital
Suhu :
36,8 0C
Nadi : 120
X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 140/80
mmHg.
Respirasi : 20
x/menit
3)
Body Systems
(1)
Pernafasan (B 1 :
Breathing)
Frekuensi 20
x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak terlihat
Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi, Kesimpulan hasil thorax foto :
normal
(2)
Cardiovascular (B 2 :
Bleeding)
Nadi 120 X/menit
kuat dan teratur, tekanan darah 140/80 mmHg, Suhu 36,8 0C, perfusi
hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada
Kesimpulan Hasil
ECG : normal
(3)
Persyarafan (B 3 :
Brain)
Tingkat
kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut
perintah (6)
Compos Mentis :
Pasien sadar baik
(4)
Perkemihan-Eliminasi Uri
(B.4 : Bladder)
Jumlah urine
1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat,
Genital Hygiene
cukup bersih.
(5)
Perkemihan-Eliminasi
Alvi (B 5 : Bowel)
Peristaltik
normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air
besar 1 X/hari
(6)
Tulang-Otot-Integumen (B
6 : Bone)
Tidak terdapat
kontraktur maupun dikubitus
Kesimpulan hasil
foto femur sinistra : tampak clost fraktur collum femur sinistra.
Pola
aktivitas sehari-hari
(1)
Pola Persepsi Dan Tata
Laksana Hidup Sehatan
Klien jarang
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali bila sangat terpaksa Klien
terbiasa meminum jamu-jamuan dan obat-obat tradisional.
(2)
Pola Nutrisi dan
Metabolisme
Klien dirumah
biasa makan 3 X/hari dengan lauk yang cukup.Klien tidak alergi makanan
tertentu. Saat ini klien selalu menghabiskan porsi makanan yang diberikan dan
minum air putih sekitar 2 – 3 liter perhari.
(3)
Pola Eliminasi
Klien buang air
besar 1 X/hari.
Klien buang air
kecil sering, Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat.
(4)
Pola Aktivitas dan
latihan
Klien biasanya
bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya beristirahat di Rumah Sakit
sambil menunggu rencana operasi.
(5)
Pola tidur.dan Istirahat
Klien kurang
tidur baik pada waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu dengan
kondisi ruang perawatan yang ramai.
(6)
Pola Kognitif dan
Perseptual
Klien mampu
melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.
(7)
Pola Persepsi Dan Konsep
Diri
Klien mengalami
cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
(8)
Pola Hubungan dan Peran
Hubungan dengan
keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya biasa sangat
baik dan akrab.
(9)
Pola Reproduksi Seksual
Selama terpasang
skin traksi Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
(10) Pola Penanggulangan Stress
Klien merasa
sedikit stress menghadapi tindakan operasi. karena kurangnya pengetahuan tentang
Type pembedahan dan Jenis anesthesi.
(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Terpasangnya
skin traksi memerlukan adaptasi klien dalam menjalankan ibadahnya.
(12) Personal Higiene
Kebiasaan di
rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 1 X/minggu.
(13) Ketergantungan
Klien tidak
perokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol.
Aspek
Psikologis
Klien terkesan
takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan
operasi.
Aspek
Sosial/Interaksi
Hubungan dengan
keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya biasa
sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus dengan dunia luar, kehilangan
pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya mahal.
Aspek
Spiritual
Klien dan
keluarganya sejak kecil memeluk agama islam, ajaran agama dijalankan setiap
saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah sholat 5 waktu sehari dan aktif
mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh masjid di sekitar rumah
tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa
tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
4.
DIAGNOSTIC
TEST
Laboratoriun
DL
Leuko : 9.700 (L 4.700 – 10.300 P 4.500 – 11.300).
Ery :
4,5 (L 4,33 –
5,95 P 3,9 – 4,5).
Hb :
13,5 mg/dl (L 13,4 – 17,7 P 11,4 – 15,1).
PCV : 37,1
% (L 40 – 47 P 38 – 42).
MCV : 82 Fl (80 – 93).
MCH : 30,1
Pg (27 –
31).
MCHC : 36,4 g/dl (32 – 36).
Trombo : 203 (150 –
350).
Diff
Eos : 3 (1
– 2).
Baso : (0
– 1).
Stab : (3
– 5).
Seg : 70 (54
– 62).
Lym : 25 (25
– 33).
Mono : 2 (3
– 7).
LED : 18
mm/jam (L < 15 P < 20).
PPT :
12,9 C : 11,0 (+/- 2 detik dari C).
KPTT : 33,1 C : 31,2 (+/-
7 detik dari C).
Fungsi Ginjal :
BUN : 10
mg/dl (9 –
18).
Serum Creatinin : 1,1 mg/dl (L < 1,52 P < 1,19).
Fungsi Hati :
SGOT : 76 U/L (L < 37 P < 31).
SGPT : 23 U/L (L < 40 P < 31).
Bilirubin
Direk : 0,25
mg/dl (< 0,25 mg/dl).
Indirek : 0,61 mg/dl (< 0,75 mg/dl).
Total : 0,86 (< 1,00 mg/dl).
BSN : 98
mg/dl (< 140 mg/dl).
2 jam pp : 43 mg/dl (< 120 mg/dl).
Kalium : 4 mmol/l (3,5 – 5,2
mmol/l).
Natrium : 140 mmol/l (135 – 146 mmol/l).
Albumin : 3,4 gr/dl (3,2 – 3,5
gr/dl).
5.
ANALISA DAN SINTESA DATA
dATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
S : Klien mengatakan Nyeri pada pangkal
paha sebelah kiri pada saat digerakkan
O : Bengkak pada lokasi fraktur
Spasme otot
|
geseran/pergerakan
fragmen tulang
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri)
|
O : Daerah perifer pucat/sianosis.
Pengisian kapiler daerah yang trauma > 5 detik.
Daerah perifer dingin.
|
berkurangnya
aliran darah akibat adanya trauma jaringan/tulang
|
Gangguan
perfusi perifer
|
S : Klien mengatakan sedikit stress
menghadapi tindakan operasi
Klien mengatakan kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam
hari.
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi ruang
perawatan yang ramai
O : Tensi 140/80 mmHg
Nadi = 120 X/mt.
|
rencana pembedahan dan kehilangan status
kesehatan.
|
Kecemasan
|
S : Klien menyatakan belum memahami
tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
O : Klien bertanya-tanya tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
|
kurangnya informasi yang akurat pada
klien
|
Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan
aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
|
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan
Prioritas
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan geseran/pergerakan fragmen tulang ditandai dengan :
S : Klien
mengatakan Nyeri pada pangkal paha sebelah kiri pada saat digerakkan
O : Bengkak pada
lokasi fraktur
Spasme otot
2.
Gangguan perfusi perifer
berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma
jaringan/tulang ditandai dengan :
O : Daerah
perifer pucat/sianosis.
Pengisian
kapiler daerah yang trauma > 5
detik.
Daerah perifer
dingin.
3.
Kecemasan berhubungan dengan
rencana pembedahan dan kehilangan status kesehatan ditandai dengan :
S : Klien
mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan operasi
Klien mengatakan
kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.
Klien tampak
terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi ruang perawatan yang ramai
O : Tensi 140/80
mmHg
Nadi = 120 X/mt.
4.
Kurangnya pengetahuan tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien
ditandai dengan :
S : Pasien menyatakan belum memahami
tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
O : Pasien bertanya-tanya tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
III. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN
Tgl.
|
Diagnosa
Keperawatan/Data Penunjang
|
TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN
|
RENCANA TINDAKAN
|
rasional
|
NAMA PERAWAT
/ MAHASISWA
|
8 April 2002
|
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan geseran/pergerakan fragmen tulang
Data Penunjang :
-
Nyeri pada pangkal paha
sebelah kiri pada saat digerakkan.
-
Bengkak pada lokasi fraktur.
-
Spasme otot.
|
Tujuan :
Gangguan rasa nyaman dapat
diatasi/berkurang.
Kriteria :
-
Klien tidak mengeluh nyeri.
-
Pembengkakan
hilang/berkurang.
-
Otot rileksasi..
|
-
Kaji keadaan nyeri yang
meliputi : lokasi, intensitas, lama nyeri dll.
-
Batasi pergerakan pada daerah
fraktur, klien harus bed rest.
-
Tinggikan dan sokong
ekstrimitas yang mengalami fraktur.
-
Observasi perubahan tanda
vital.
-
Berikan alternatif perubahan
posisi secara periodik.
-
Ajarkan klien teknik
relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi
-
Kolaborasi dengan dokter
Untuk pemberian obat analgetik.
|
-
Nyeri dapat menyebabkan
shock.
-
Untuk mengistirahatkan sendi
yang sakit pasca trauma sebelum dioperasi.
-
Untuk meningkatkan aliran
vena dan mengurangi edema..
-
Untuk mendeteksi dini
terhadap masalah.
-
Untuk mengurangi rasa sakit.
-
Untuk mengurangi rasa sakit.
-
Analgetik memblok lintasan
nyeri sehingga mengurangi nyeri/kolik yang berlebihan
|
S u
b h a n
|
8 April 2002
|
Gangguan perfusi perifer berhubungan
dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan/tulang.
Data Penunjang :
-
Daerah perifer
pucat/sianosis.
-
Pengisian kapiler daerah yang
trauma > 5 detik.
-
Daerah perifer dingin.
|
Tujuan :
Perfusi perifer dapat dipertahankan.
Kriteria :
-
HR 60 – 100 X/mt.
-
Kulit hangat, sensori
normal..
-
Diastolik 60 – 90 mmHg.
-
RR 16 – 24 X/mt.
-
Urine output 30 – 50 cc
perjam.
-
Pengisian kapiler 3 - 5
detik.
|
-
Observasi ada tidaknya
kualitas nadi periver dan bandingkan dengan pulses normal.
-
Observasi pengisian kapiler,
warna kulit dan kehangatannya pada bagian distal daerah yang fraktur.
-
Kaji adanya gangguan
perubahan motorik/sensorik anjurkan klien untuk mengatakan lokasi adanya rasa
sakit/tidak nyaman.
-
Observasi traksi jangan
sampai terlalu menekan syaraf dan pembuluh darah.
-
Pertahankan daerah yang
fraktur lebih tinggi kecuali bila ada kontra indikasi.
-
Kaji bila ada edema dan
pembengkakan ekstrimitas yang fraktur.
-
Observasi adanya tanda-tanda
ischemik daerah tungkai seperti : penurunan suhu, dingin dan peningkatan rasa
sakit.
-
Dorong klien untuk melakukan
mobilisasi secepatnya sesuai indikasi.
-
Observasi tanda-tanda vital,
catat dan laporkan bila ada gejala sianosis, dingin pada kulit dan gejala
perubahan status mental.
-
Berikan kompres es sekitar
fraktur.
-
Kolaborasi untuk pemeriksaan
Laboratorium, foto rontgen, pemberian cairan parenteral atau transfusi darah
bila perlu dan persiapan operasi jika perlu.
|
-
Untuk mendeteksi dini
terhadap masalah perfusi perifer.
-
Untuk mendeteksi dini
terhadap masalah perfusi perifer.
-
Untuk mengetahui terhadap
masalah/ gangguan perubahan motorik/sensorik.
-
Untuk mendeteksi dini
terhadap masalah perfusi perifer.
-
Untuk meningkatkan aliran
vena dan mengurangi edema.
-
Untuk mengetahui terhadap
masalah aliran vena dan mengurangi edema.
-
Untuk mendeteksi dini
terhadap masalah ischemik daerah tungkai.
-
Untuk meningkatkan sirkulasi,
mengurangi terjadinya trombus terutama pada ekstrimitas bagian bawah.
-
Untuk mendeteksi dini
terhadap masalah perfusi perifer.
-
Untuk mengurangi edema sesuai
indikasi.
-
Untuk mendeteksi dini
terhadap masalahdan dan pemberian cairan Untuk memudahkan pemberian obat
serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan keringat dingin terjadi.
|
S u
b h a n
|
8 April 2002
|
Kecemasan berhubungan dengan rencana
pembedahan dan kehilangan status kesehatan.
Data Penunjang :
-
Klien mengatakan sedikit
stress menghadapi tindakan operasi. Klien mengatakan kurang tidur baik pada
waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu tegang dan gelisah
dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
-
Tensi 140/80 mmHg.
-
Nadi = 120 X/mt.
|
Tujuan :
Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
-
Klien dapat menyatakan
kecemasan yang dirasakan.
-
Klien dapat beristirahat
dengan tenang.
-
Tensi dan Nadi dalam batas
normal.
-
Ekspresi wajah ceria/rileks.
|
-
Berikan dorongan terhadap
tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
-
Berikan privacy dan lingkungan
yang nyaman.
-
Batasi staf perawat/petugas
kesehatan yang menangani pasien.
-
Observasi bahasa non verbal
dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
-
Temani klien bila
gejala-gejala kecemasan timbul.
-
Berikan kesempatan bagi klien
untuk mengekspresikan perasaannya .
-
Hindari konfrontasi dengan
klien.
-
Berikan informasi tentang
program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan klien.
-
Lakukan intervensi
keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.
-
Anjurkan klien istirahat
sesuai dengan yang diprogramkan.
-
Berikan dorongan pada klien
bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya sesuai
dengan kondisi penyakit.
-
Hargai setiap pendapat dan
keputusan klien.
|
-
Untuk mengurangi rasa cemas
-
privacy dan lingkungan yang
nyaman dapat mengurangi rasa cemas.
-
Untuk dapat lebih memberikan
ketenangan.
-
Untuk mendeteksi dini
terhadap masalah
-
Untuk mengurangi rasa cemas.
-
Kemampuan pemecahan masalah
pasien meningkat bila lingkungan nyaman dan mendukung diberikan.
-
Untuk mengurangi ketegangan
klien
-
Informasi yang diberikan
dapat membantu mengurangi kecemasan/ansietas.
-
Untuk menghindari kemungkinan
yang tidak diinginkan.
-
Untuk mengurangi ketegangan
dan kecemasan klien.
-
Untuk mengurangi
ketergantungan klien.
-
Untuk meningkatkan harga diri
klien.
|
S u
b h a n
|
8 April 2002
|
Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan
aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan
berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien.
Data Penunjang :
-
Klien menyatakan belum
memahami tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan.
-
Klien bertanya-tanya tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
|
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang pembatasan
aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan
meningkat
Kriteria
-
Klien menyatakan telah
memahami tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan.
-
Klien dapat menjelaskan
kembali secara sederhana tentang hal-hal yang telah dijelaskan.
-
Klien tidak bertanya lagi
tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
|
-
Kaji tingkat pengetahuan
Klien dan keluarga tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan
tujuan tindakan yang diprogramkan.
-
Berikan penjelasan terhadap
klien setiap prosedur yang akan dilakukan misalnya tentang pembatasan
aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
-
Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan terhadap
hal-hal yang belum dipahami.
-
Anjurkan klien untuk
melakukan mobilisasi aktif dengan menggerakkan persendian pada bagian bawah
dari daerah yang fraktur.
-
Diskusikan pentingnya
penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan menggunakan skin traksi
dengan beban 5 – 7 Kg serta gejala dan tanda abnormal yang timbul selama
perawatan dan anjurkan klien segera melapor kepada perawat/dokter yang
bertugas bila ada rasa sakit yang semakin bertambah, perasaan dingin atau
perubahan sensasi.
|
-
Pengetahuan membantu
mengembangkan kepatuhan klien dan keluarga terhadap rencana terapeutik
-
Untuk menambah pengetahuan
klien.
-
Meningkatkan kemampuan klien
untuk memecahkan masalah
-
Agar sirkulasi darah pada bagian bawah dari
daerah yang fraktur tetap lancar dan otot tidak atrofi.
-
Untuk menambah pengetahuan
klien bahwa keuntungan pemakaian traksi yaitu untuk menurunkan nyeri spasme,
mengoreksi dan mencegah deformitas dan mengimobilisasi sendi yang sakit.
|
S u
b h a n
|
IV. IMPLEMENTASI/TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl.
|
Jam
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
|
NAMA PERAWAT / MAHASISWA
|
8 April 2002
|
10.00 WIB
|
-
Mengkaji keadaan nyeri yang
meliputi : lokasi, intensitas, lama nyeri dll.
-
Membatasi pergerakan pada
daerah fraktur, klien harus bed rest.
-
Meninggikan dan sokong
ekstrimitas yang mengalami fraktur.
-
Mengobservasi perubahan tanda
vital.
-
Memberikan alternatif
perubahan posisi secara periodik.
-
Mengajarkan klien teknik relaksasi
nafas dalam dan teknik distraksi untuk mengurangi rasa sakit.
-
Mengkolaborasikan dengan
dokter untuk pemberian obat analgetik.
|
S u
b h a n
|
8 April 2002
|
11.00 WIB
|
-
Mengobservasi ada tidaknya
kualitas nadi periver dan bandingkan dengan pulses normal.
-
Mengobservasi pengisian
kapiler, warna kulit dan kehangatannya pada bagian distal daerah yang fraktur
-
Mengkaji adanya gangguan
perubahan motorik/sensorik anjurkan klien untuk mengatakan lokasi adanya rasa
sakit/tidak nyaman
-
Mengobservasi traksi jangan
sampai terlalu menekan syaraf dan pembuluh darah.
-
Mempertahankan daerah yang
fraktur lebih tinggi kecuali bila ada kontra indikasi untuk meningkatkan
aliran vena dan mengurangi edema.
-
Mengkaji bila ada edema dan
pembengkakan ekstrimitas yang fraktur.
-
Mengobservasi adanya
tanda-tanda ischemik daerah tungkai seperti : penurunan suhu, dingin dan
peningkatan rasa sakit.
-
Mendorong klien untuk
melakukan mobilisasi secepatnya sesuai indikasi untuk meningkatkan sirkulasi,
mengurangi terjadinya trombus terutama pada ekstrimitas bagian bawah.
-
Mengobservasi tanda-tanda
vital, catat dan laporkan bila ada gejala sianosis, dingin pada kulit dan
gejala perubahan status mental.
-
Memberikan kompres es sekitar
fraktur untuk mengurangi edema sesuai indikasi.
-
Mengkolaborasikan untuk
pemeriksaan Laboratorium, foto rontgen, pemberiancairan parenteral atau
transfusi darah bila perlu, pemberian obat-obatan anti emboli dan persiapan
operasi jika perlu.
|
S u
b h a n
|
8 April 2002
|
12.00 WIB
|
-
Memberikan dorongan terhadap
tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
-
Memberikan privacy dan
lingkungan yang nyaman.
-
Membatasi staf
perawat/petugas kesehatan yang menangani klien.
-
Mengobservasi bahasa non
verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
-
Menemani klien bila
gejala-gejala kecemasan timbul.
-
Memberikan kesempatan bagi
klien untuk mengekspresikan perasaannya .
-
Menghindari konfrontasi
dengan klien.
-
Memberikan informasi tentang
program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan klien.
-
Melakukan intervensi
keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.
-
Menganjurkan klien istirahat
sesuai dengan yang diprogramkan.
-
Memberikan dorongan pada
klien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya
sesuai dengan kondisi penyakit.
-
Menghargai setiap pendapat
dan keputusan klien.
|
S u
b h a n
|
8 April 2002
|
13.00 WIB
|
-
Mengkaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarga tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan
tujuan tindakan yang diprogramkan.
-
Memberikan penjelasan
terhadap klien setiap prosedur yang akan dilakukan misalnya tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
-
Memberikan kesempatan klien
dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan
terhadap hal-hal yang belum dipahami.
-
Mendiskusikan pentingnya
penarikan tulang yang patah melaluikulit dengan menggunakan skin traksi
dengan beban 5 – 7 Kg.
|
S u
b h a n
|
V. EVALUASI
Tgl.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Evaluasi
|
NAMA PERAWAT / MAHASISWA
|
8 April 2002
|
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan geseran/pergerakan fragmen tulang
|
Gangguan rasa nyaman dapat
diatasi/berkurang.
Kriteria :
-
Klien tidak mengeluh nyeri.
-
Pembengkakan
hilang/berkurang.
-
Otot rileksasi.
|
S u
b h a n
|
8 April 2002
|
Gangguan perfusi perifer berhubungan
dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan/tulang.
|
Perfusi perifer dapat dipertahankan.
Kriteria :
-
HR 60 – 100 X/mt.
-
Kulit hangat, sensori
normal..
-
Diastolik 60 – 90 mmHg.
-
RR 16 – 24 X/mt.
-
Urine output 30 – 50 cc
perjam
-
Pengisian kapiler 3 - 5
detik.
|
S u
b h a n
|
8 April 2002
|
Kecemasan berhubungan dengan rencana
pembedahan dan kehilangan status kesehatan.
|
Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
-
Klien dapat menyatakan
kecemasan yang dirasakan.
-
Klien dapat beristirahat
dengan tenang.
-
Tensi dan Nadi dalam batas
normal.
-
Ekspresi wajah ceria/rileks.
|
S u
b h a n
|
8 April 2002
|
Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan
aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan
berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien.
|
Pengetahuan klien tentang pembatasan
aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.meningkat
Kriteria
-
Klien dapat menjelaskan
kembali tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan.
-
Klien tidak bertanya lagi
tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
|
S u
b h a n
|